Bismillahirrahmanirrahim

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Rabu, 20 Maret 2013

Seputar Kelahiran dan Silsilah Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie ‘Guru Tua’

                    

            Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie “Guru Tua” dilahirkan di Taris, Sebuah kota kecil yang letaknya tidak jauh dari kota Saiwun, Ibu kota Provinsi Hadramaut (Yaman Selatan) pada hari Senin tanggal 14 Sya’ban 1309 Hijriah atau bertepatan pada tahun 1889 Masehi. Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie mempunyai silsilah atau garis keturunan dari keluarga besar Ba’alawi, keturunan ulama besar. Apabila ditarik garis lurus ke atas, keturunan beliau berjumpa kepada Ali bin Abi Thalib yang merupakan khalifah ke empat, keponakan sekaligus menantu Rasulullah SAW dari Fatimah. Untuk lebih jelasnya sistematika guru tua adalah sebagai berikut :
1.        Ali bin Abi Thalib
2.       Husain
3.       Ali Zainan Abidin
4.       Muhammad al-Baqir
5.       Ja’far al-Shadiq
6.       Ali al-Aridh
7.       Muhammad al-Naqib
8.       Isa al-Naqib
9.       Ahmad al-Muhajir
10.   Ubaidillah
11.      Muhammad al-Faqih al-Muqaddam
12.    Ali
13.    Muhammad
14.    Ali
15.    Alawi
16.    Muhammad
17.     Alawi
18.     Ahmad
19.    Muhammad
20.  Ali
21.    Muhammad
22.   Abu Bakar al-Hafri
23.   Alawi
24.   Abdullah
25.   Muhammad
26.   Idrus
27.   Salim
28.   Husain
29.   Abdullah
30.  Alawi
31.    Saqqaf
32.   Alawi
33.   Salim Idrus

Sementara neneknya bernama Nur dari keluarga Aru Matoa, Bugis Wajo (Sengkang) Sulawesi Selatan, dan meninggal di Hadramaut. Beliau adalah putera ke empat dari enam bersaudara, yang susunannya sebagai berikut :
1.        Sayyid Abdul Kadir, wafat di Cianjur Jawa Barat
2.       Sayyid Syekh, wafat di Solo Jawa Tengah
3.       Sayyid Alwi, wafat di Hadramaut
4.       Sayyid Idrus (Guru Tua), wafat di Palu, Sulawesi Tengah
5.       Sayyid Abu Bakar, wafat di Solo Jawa Tengah
6.       Syarifah Lu’lu, wafat di Hadramaut

Selama hidupnya, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie pernah menjalani pernikahan selama tujuh kali. Perkawinan pertamanya adalah dengan seorang perempuan Hadramaut, puteri Sayyid Umar al-Balghi dan Beliau dikaruniai seorang anak perempuan namun pernikahan ini tidak bertahan lama. Perkawinan kedua dengan puteri Sayyid Hasan al-Bahr juga di Hadramaut dan Beliau di Karuniai tiga orang putera yaitu : Sayyid Muhammad bin Idrus Aljufrie, Sayyid Salim bin Idrus Aljufrie, dan Syarifah Ragwan binti Idrus Aljufrie.

Setelah datang ke Indonesia, Beliau menikah dengan Syarifah Aminah binti Thalib Aljufrie di Pekalongan, Jawa Tengah. Dari perkawinan ketiganya, beliau mempunyai dua orang anak, yaitu Syarifah Lu’lu binti Idrus Aljufrie dan Syarifah Nikmah binti Idrus Aljufrie. Sementara perkawinan ke empat beliau di Ngessa, Jawa Timur tetapi tidak dikaruniai anak.
Kemudian, Beliau pindah ke Palu, Sulawesi Tengah dan di sana beliau menikah dengan seorang janda bangsawan yakni H. Ince Ami (ite). Dari perkawinannya ini beliau dikaruniai dua orang anak perempuan yaitu Syarifah Sa’idah binti Idrus Aljufrie dan Syarifah Sa’adiyah binti Idrus Aljufrie.

Sebelum beliau menikah dengan H. Ince Ami, masyarakat Wani pernah menjodohkannya dengah seorang puteri bernama Syarifah Kaltsum, tetapi tidak mendapatkan keturunan. Dan terakhir beliau menikah dengan Syarifah Hawlah binti Husain Al-Habsyi juga tidak mendapatkan keturunan


Sumber : Pettalongi, H.M. Noor Sulaiman. 2005. Modernisasi Pendidikan dan Dakwah Di Tanah Kaili (1930-1969).Yogyakarta: Idea Press


Sabtu, 05 Januari 2013

Mangrove Forest Sausu Peore


Hutan mangrove adalah ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air laut, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Desa Sausu Peore merupakan salah satu desa dalam wilayah administrasi Kecamatan Sausu. Berdasarkan data Desa Sausu Peore bahwa secara geografis Desa Sausu Peore terletak pada posisi koordinat 1200 22’ 05” – 1200 32’ 16” BT dan 00 56’ 07” – 100 03’ 15” LS dengan luas wilayah keseluruhan ± 243,91 Km2. Letak geografis Desa Sausu Peore berbatasan langsung dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gandasari dan Teluk Tomini
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Tomini
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Maleali           
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suli dan Desa Sausu Trans
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor: SK.188.44/39.33/DISHUT/1989 tanggal 30 agustus 1989 tentang penyebaran hutan bakau dan kawasan lindung, maka ditetapkan bahwa luas kawasan hutan bakau tersebut seluas 230 Ha. Kawasan ini membentang di sepanjang pesisir Desa Sausu sampai ke Desa Malakosa.

Akses untuk mencapai Desa Sausu Peore dari ibu kota propinsi Sulawesi Tengah ditempuh yaitu dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat ± 3 jam. Sedangkan jarak tempuh dari kota Parigi ke desa Sausu Peore yaitu ± 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Sedangkan untuk mencapai kawasan hutan mangrove yaitu dengan menggunakan perahu mesin katinting dengan waktu tempuh ± 15 menit, atau bisa juga dengan menggunakan perahu tanpa mesin dengan waktu tempuh 30 menit. B

Beberapa jenis  fauna yang terdapat didaerah ini diantaranya adalah jenis fauna endemik dan dilindungi yaitu: burung maleo (Macrocephalon maleo), Monyet Hitam (Macaca tongkeana), Burung Alo (Rhyticeros cassidix), selain itu pula terdapat jenis fauna lainnya yang menghuni kawasan ini seperti biawak, buaya, tupai, udang, kepiting, kerang dan masih banyak lagi fauna yang dapat ditemui dilokasi  tersebut. 
Adapun komposisi jenis vegetasi dikawasan hutan mangrove Sausu Peore terdiri dari mangrove sejati dan mangrove ikutan di antaranya : Xylocarpus granatum, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Terminalia catappa, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Ipomoea pes-caprae, Hibiscus tiliaceus, Achantus ilicifolius, Acrostichum aureum, Wedelia biflora, Stachytarpheta jamaicensis, Sesuvium portulacastrum, Ricinus communis, Passiflora foetida, Pandanus tectorius, Rhizophora mucronata, Avicenia marina, Rhizophora apiculata, serta Nypa fruticans. 

Minggu, 28 Oktober 2012

Gunung Mad

DSCN5850Gunung yang jalur pendakiannya pertama kali dibuka pada tahun 1998 oleh Mapala Sagarmatha Fakultas Pertanian UNTAD, berlokasi desa pinedapa terletak diantara ibu kota kabupaten poso dan kabupaten parigi moutong. Gunung tersebut memilki ketinggian 2600 Mdpl. Jalur pendakian gunung mad merupakan bioma hutan hujan tropis. Ciri tumbuhan yang heterogen dan daunnya menghijau sepanjang tahun. Biodiversitas pada gunung mad memungkinkan gunung tersebut dijadikan kawasan yang dilindungi, guna pelestarian alam yang masih terjaga demi kelangsungan ekosistem yang ada.
DSCN5678 Pada ketinggian 2153 Mdpl terdapat sebuah Danau yang bernama Tanah Morambu yang berarti 'tanah merah'. Sementara flora dan fauna yang terdapat dipegunungan tersebut diantaranya : Anoa, Belibis, Kantung Semar, Anggrek, Rotan, Bamboo, Tusam, Lumut, Enau, Pacet, Ikan sidat dan lain-lain.

Selasa, 23 Oktober 2012

Vatu Ndalepa Cave

entrance watu ndalepa cave
entrance vatu ndalepa cave
tebing      Galuga merupakan desa yang terletak dikecamatan Tojo Barat Kabupaten Tojo Una - Una. Penduduk desa Galuga banyak yang bercocok tanam berkat kesuburan tanah di tempat tersebut. Hasil survey & pengambilan data dilakukan oleh Mapala Lalimpala FKIP UNTAD bahwa di desa tersebut terdapat kawasan karst  yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam bebas dan pusat studi wisata yang didukung dengan sumber air yang melimpah karena hutan yang terjaga air terjun, budaya berupa padungku (pesta panen) dan kayori (tarian daerah),  goa serta tebing alam  yang di kenal dengan nama “Vatu Ndalepa”. Vatu Ndalepa berada di S O10 26’ 47” dan E 1200 57’ 23” memiliki tebing alam yang tingginya sekitar 200-300 meter dengan jalur pemanjatan yang sangat variatif yang belum dikembangkan dan beberapa goa yang berlorong Fosil, Vadose dan Fhreatik, salah satunya dibagian tengah dasar tebing yang dilalui sungai yang langsung masuk ke dalam mulut goa dengan kedalaman vertical kurang lebih 94 meter.
Vaucluse goa ini berada pada koordinat S O10 25’ 58” dan E 1200 55’ 57” dan dikenal sebagai Sungai Bambalo yang saat ini baru dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Jarak antara ponor dengan vaucluse sekitar 4,5 Km.
Goa ini baru dipetakan kurang lebih 300 meter, sedangkan bagian yang belum dipetakan yakni pada lorong fhreatik.


Sumber : Team Explorasi Vatu Ndalepa 2012 dan 2013